“HIKMAH TELADAN IMAM SYAFI’I”
Imam Syaf’i mencintai Allah s.w.t. dengan sepenuh hatinya. Beliau pernah mengingatkan: “Bahwa orang yang mengaku sanggup mengumpulkan antara cinta dunia dengan cinta kepada Allah s.w.t. dalam hatinya adalah dusta belaka“.
Imam Syafi’i adalah seorang yang sangat zuhud (cara hidup yang tidak tamak kepada keduniaan, seperti kemegahan, kekayaan, harta, dan sebagainya). Pernah sekembalinya beliau dari Yaman dan membawa uang sebanyak sepuluh ribu dirham, sebelumnya memasuki kota Makkah uang tersebut telah dibagi-bagikan beliau kepada orang yang memerlukannya.
Pernah terjadi ketika beliau duduk di atas seekor keledai lalu cambuknya terjatuh ketanah. Ada orang memungutnya dan menyerahkan kembali kepada Imam Syafi’i, kepada orang itu telah dihadiahkan uang sebanyak lima puluh dinar, sebagai tebusan, bahwa beliau duduk di atas keledai sedangkan orang lain berjalan dibawah, beliau menganggap takabbur duduk diatas keledai sedangkan orang lain berada di bawah.
Pernah juga terjadi, Imam Syafi’i melihat seorang pemuda mengambil wudhu kurang sempurna. Anak muda itu ditegur oleh Imam Syafi’i dengan kata-kata:
“Wahai anak! Jika engkau mengambil wudhu’, lakukanlah dengan baik supaya Allah mengkaruniakan kepadamu dunia dan akhirat!“
Anak muda itu mengikuti nasihat Imam Syafi’i, setelah itu ia mengejar Imam Syafi dari belakang dan ingin mengetahui siapakah orang yang menasihatinya itu. Imam menoleh kepadanya sambil bertanya, “apa hal”? Anak itu menyatakan kepada Imam Syafi’i keinginannya untuk belajar lebih lanjut dan memberikan apa-apa nasihat kepadanya.
Imam Syafi’i mengingatkan sang pemuda dengan kata-kata nasihat selanjutnya:
“Barangsiapa mengenal Allah ia akan jaya. Barang siapa memuliakan agamanya ia akan selamat dari kehinaaan dan bahaya, barang siapa zuhud di dunia pasti ia akan melihat balasan Allah yang mulia.“
Lalu imam Syafi’i bertanya lagi kepada pemuda itu apakah ia masih memerlukan tambahan pelajaran, anak muda itu menjawab tolong tambah lagi pengajaran beliau, maka Imam Syafi’i melanjutkan:
“Barangsiapa selalu mengerjakan tiga pekerjaan ini, maka akan sempurna imannya yaitu:”Barangsiapa yang menyuruh orang lain berbuat baik dan dia sendiri juga berbuat baik. Barang siapa mencegah orang berbuat jahat,dan dia sendiri menjauhkan dirinya dari kejahatan dan barangsiapa yang menjaga batas-batas hukum Allah.“
Imam Syafi’i bertanya lagi kepada pemuda itu, apa masih perlu ditambah lagi? Anak muda itu menjawab, “ya”. Imam Syafi’i meneruskan:”Hendaklah engkau zuhud didunia, dan hendaklah engkau suka kepada amalan akhirat. Hendaklah engkau berlaku jujur dalam menjalankan segala perintah Allah, niscaya engkau termasuk orang-orang yang berjaya“.
Kemudian anak muda itu bertanya, siapakah Tuan Guru yang yang sangat bermurah hati itu yang telah sudi mengajarnya meskipun didalam perjalanan. Lalu orang disekitarnya mengatakan yang dihadapinya itu adalah Imam Syafi’i. Imam Syafi’i adalah seorang Imam yang bersedia mencurahkan Ilmunya kepada siapa saja yang memerlukannya dengan tidak suka bermegah-megah. Semua itu dilakukannya karena Allah, semata -mata.
ZUHUD (Al-Imam Asy-Syafi’i)
Hendaknya engkau bertaqwa kepada Allah jika engkau lalai
Pasti Dia membawa rezeki tanpa kau sadari
Bagaimana engkau takut miskin padahal Allah Sang Pemberi Rezeki
Dia telah memberi rezeki burung dan ikan hiu di laut
Siapa yang mengira rezeki hanya didapat dengan kekuatan
Semestinya burung pipit tidak dapat makan karena takut pada elang
Turun dari dunia (mati), tidak tahu engkau kapan
Bila sudah malam, apakah engkau akan hidup hingga fajar?
Berapa banyak orang yang segar-bugar mati tanpa sakit dan berapa banyak orang yang sakit hidup sekian tahunan
Nasehat dari Al-Imam Asy-Syafi’i
Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafi’í).
Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafi’í)
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa. (Imam Syafi’í).
Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)
Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu sia sia belaka. (Imam Syafi’í).
Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan. (Imam Syafi’í).
Saya ingin manusia itu mempelajari Ilmu ini, tetapi janganlah menyebut-nyebut namaku, dengan sepatah kata juapun . (Imam Syafi’í).
Orang yang zalim kepada dirinya, ialah
• Orang yang merendahkan dirinya kepada orang yang tidak memuliakannya
• Orang yang menyukai sesuatu benda yang tidak memberi manfaat kepadanya,
• Orang yang menerima sesuatu pujian dari seseorang yang lain yang tidak mengenalnya, dengan sesungguh-sungguhnya. (Imam Syafi’í).
Siasat manusia lebih kejam daripada siasat binatang. (Imam Syafi’i)
Jikalau kuketahui bahwa ia dengan itu dapat mengurangi kehormatanku, meskipun aku haus, aku tidak akan meminumnya. (Imam Syafi’i)
Diantara tanda-tanda benar dalam Ukhuwah ialah menerima kritikan teman, menutupi aib teman, dan mengampuni kesalahannya. (Imam Syafi’i)
********************************************************
Mutiara kata Imam Malik
1. Apabila sesaorang itu memuji dirinya sendiri, hilanglah kebijaksanaannya.
2. Bila engkau ditanya tentang suatu perkara, hendaklah kamu halusi pendapat orang lain kerana ketelitian itu menghapuskan fikiran sempit.
3. Zuhud itu bukanlah tidak mempunyai harta tetapi mengosongkan hati dari (ketergantungan) padanya.
4. Apabila sesaorang manusia tidak berbuat baik kepada dirinya, dia juga tidak baik di sisi manusia.
5. Ilmu itu cahaya. Tidak jinak ia kecuali pada hati yang khusyuk dan takwa.
*************************************
Kejujuran Imam Hanafi
Posted on 29 September 2010 by abizakii
Selepas sholat subuh, Imam Hanafi bersiap membuka tokonya, di pusat kota kufah. Diperiksanya dengan cermat pakaian dan kain yang akan dijual. Sewaktu menemukan pakaian yang cacat, ia segera menyisihkannya dan meletakkannya di tempat yang terbuka. Supaya kalau ada yang akan membeli, ia dapat memperlihatkannya.
Ketika hari mulai siang, banyak pengunjung yang datang ke tokonya untuk membeli barang dagangannya. Tapi, ada juga yang hanya memilih-milih saja.
“Mari silakan, dilihat dulu barangnya. Mungkin ada yang disukai,”tawar Imam Hanafi tersenyum ramah.
Seorang pengunjung tertarik pada pakaian yang tergantung di pojok kiri.
“Bolehkah aku melihat pakaian itu?” tanya perempuan itu. Imam Hanafi segera mengambilkannya.
“Berapa harganya?”tanyanya sambil memandangi pakaian itu. Pakaian ini memang bagus. Tapi, ada sedikit cacat di bagian lengannya.”Imam Hanafi memperlihatkan cacat yang hampir tak tampak pada pakaian itu.
“Sayang sekali.”perempuan itu tampak kecewa.
“Kenapa Tuan menjual pakaian yang ada cacatnya?”
“Kain ini sangat bagus dan sedang digemari. Walaupun demikian karena ada cacat sedikit harus saya perlihatkan. Untuk itu saya menjualnya separuh harga saja.”
“Aku tak jadi membelinya. Akan kucari yang lain,”katanya.
“Tidak apa-apa, terima kasih,”sahut Imam Hanafi tetap tersenyum dalam hati, perempuan itu memuji kejujuran pedagang itu. Tidak banyak pedagang sejujur dia. Mereka sering menyembunyikan kecacatan barang dagangannya.
Sementara itu ada seorang perempuan tua, sejak tadi memperhatikan sebuah baju di rak. Berulang-ulang dipegangnya baju itu. Lalu diletakkan kembali. Imam Hanafi lalu menghampirinya.
“Silakan, baju itu bahannya halus sekali. Harganya pun tak begitu mahal.”
“Memang, saya pun sangat menyukainya.” Orang itu meletakkan baju di rak. Wajahnya kelihatan sedih. “Tapi saya tidak mampu membelinya. Saya ini orang miskin,”katanya lagi.
Imam Hanafi merasa iba. Orang itu begitu menyukai baju ini, saya akan menghadiahkannya untuk ibu,”kata Imam Hanafi.
“Benarkah? Apa tuan tidak akan rugi?”
“Alhamdulillah, Allah sudah memberi saya rezeki yang lebih.”Lalu, Imam Hanafi membungkus baju itu dan memberikannya pada orang tersebut.
“Terima kasih, Anda sungguh dermawan. Semoga Allah memberkahi.” Tak henti-hentinya orang miskin itu berterima kasih.
Menjelang tengah hari, Imam Hanafi bersiap akan mengajar. Selain berdagang, ia mempunyai majelis pengajian yang selalu ramai dipenuhi orang-orang yang menuntut ilmu. Ia lalu menitipkan tokonya pada seorang sahabatnya sesama pedagang.
Sebelum pergi, Imam Hanafi berpesan pada sahabatnya agar mengingatkan pada pembeli kain yang ada cacatnya itu.
“Perlihatkan pada pembeli bahwa pakaian ini ada cacat di bagian lengannya. Berikan separo harga saja,” kata Imam Hanafi. Sahabatnya mengangguk. Imam Hanafi pun berangkat ke majelis pengajian.
Sesudah hari gelap ia baru kembali ke tokonya.
“Hanafi, hari ini cukup banyak yang mengunjungi tokomu. O, iya! Pakaian yang itu juga sudah dibeli orang,”kata sahabatnya menunjuk tempat pakaian yang ada cacatnya.
“Apa kau perlihatkan kalau pada bagian lengannya ada sedikit cacat?” tanya Hanafi.
“Masya Allah aku lupa memberitahunya. Pakaian itu sudah dibelinya dengan harga penuh.”sahabatnya sangat menyesal.
Hanafi menanyakan ciri-ciri orang yang membeli pakaian itu. Dan ia pun bergegas mencarinya untuk mengembalikan sebagian uangnya.
“Ya Allah! Aku sudah menzhaliminya,”ucap Imam Hanafi.
Sampai larut malam, Imam Hanafi mencari orang itu kesana-kemari. Tapi tak berhasil ditemui. Imam Hanafi amat sedih.
Di pinggir jalan tampak seorang pengemis tua dan miskin duduk seorang diri. Tanpa berpikir panjang lagi, ia sedekahkan uang penjualan pakaian yang sedikit cacat itu semuanya.
“Kuniatkan sedekah ini dan pahalanya untuk orang yang membeli pakaian bercacat itu,”ucap Imam Hanafi. Ia merasa tidak berhak terhadap uang hasil penjualan pakaian itu.
Imam Hanafi berjanji tidak akan menitipkan lagi tokonya pada orang lain.
Keesokan harinya Imam Hanafi kedatangan utusan seorang pejabat pemerintah. Pejabat itu memberikan hadiah uang sebanyak 10.000 dirham sebagai tanda terima kasih. Rupanya sang ayah merasa bangga anaknya bisa berguru pada Imam Hanafi di majelis pengajiannya. Imam Hanafi menyimpan uang sebanyak itu disudut rumahnya. Ia tidak pernah menggunakan uang itu untuk keperluannya atau menyedekahkannya sedikitpun pada fakir miskin.
Seorang tetangganya merasa aneh melihat hadiah uang itu masih utuh.
“Kenapa Anda tidak memakainya atau menyedekahkannya?” tanyanya.
“Tidak, Aku khawatir uang itu adalah uang haram,” kata Imam Hanafi.
Barulah tetangganya mengerti kenapa Imam Hanafi berbuat begitu. Uang itu pun tetap tersimpan disudut rumahnya. Setelah beliau wafat, hadiah uang tersebut dikembalikan lagi kepada yang memberinya.
Sumber: Kisah-Kisah Teladan
Dari : bustanuljadid.webnode.com
*********************************
********************
KATA-KATA HIKMAH IMAM ASY-SYAFI’I
A.) MENERIMA TAKDIR ALLAH.
l. Biarlah hari-hari itu berlalu kerjakan yang engkau sukai, apabila takdir sudah menentukan maka berlapang dadalah kau.
2. Janganlah engkau gelisah terhadap musibah-musibah malam hari karena tiada satu pun musibah itu yang kekal abadi.
3. Kuatkanlah dirimu menghadapi cobaan-cobaan hidup, surah hati dan setia hendaklah menjadi pekertimu.
4. Meski bagai buih lautan keaibanmu di kalangan orang lain namun rahasia pribadimu hendaklah selalu tersimpan.
5. Tutuplah rahasiamu dengan kemurahan hati karena konon semua keaiban dapat ditutup dengan kemurahan hati.
6. Jangan engkau tampakkan kelemahan pada lawanmu karena kuatnya mental lawan merupakan bahaya bagimu.
7. Jangan engkau harapkan kemurahan orang yang kikir sebab orang yang sedang kehausan tak akan mendapatkan air dalam api.
8. Sebuah keterlambatan tak akan mengurangi rizkimu dan rizkimu pun tak akan bertambah dengan kepayahan badanmu.
9. Tiada kesusahan yang kekal, tiada kegembiraan yang abadi, tiada kefakiran yang lama , tiada kemakmuran yang lestari.
10. Apabila sikap hatimu selalu rela dengan apa yang ada maka tak ada perbedaan bagimu antara dirimu sendiri dan para hartawan.
11. Apabila ajal datang padamu maka tak sejengkal bumi dan tidak pula sebidang langit yang dapat melindungimu.
12. Bumi Allah amatlah luas namun suatu saat apabila takdir sudah datang angkasapun menjadi sempit.
13. Biarlah hari-hari itu tidak setia setiap saat sebab obat apa pun juga tak akan menangkal ajal.
B.) NILAI DOA.
l4. Apakah engkau meremehkan suatu doa kepada Allah, apakah engkau tahu yang dihasilkan oleh doa?.
15. Ibarat panah di malam hari, ia tidak akan meleset namun ia punya batas dan setiap batas ada saatnya selesai.
C.) PEDIHNYA UJIAN HIDUP.
16. Banyak orang berbicara tentang hal ihwal wanita, konon mencintai wanita adalah ujian hidup yang pedih.
17. Mencintai wanita bukanlah cobaan hidup yang pedih tetapi dekatnya orang yang tidak disukai itulah cobaan hidup yang pedih.
D.) SASTERAWAN.
18. Aku terlambat diantara orang-orang yang dungu yang tidak tahu hak-hak sastrawan sampai kepala ditukarnya dengan ekor.
19. Manusia dapat disatukan namun akalnya tetap berbeda baik dalam masalah sastra maupun dalam masalah hitungan.
20. Tak ubahnya emas Ibriz semuanya berwarna kuning namun tidak semua emas punya nilai yang sama.
21. Dan kayu-kayu cendana bila tidak semerbak baunya tak dapat dibedakan orang mana yang cendana dan mana yang kayu bakar.
E.) NASIB UNTUNG.
22. Singa yang buas mati kelaparan di hutan dan daging-daging domba dimakan anjing.
23. Hamba sahaya yang hina terkadang tidur di atas sutera sedang bangsawan mulia tidur di atas debu.
F.) GEJALA UBANAN DAN AMAL SALIH.
24. Padamlah semangat diriku karena rambutmu sudah beruban malam-malamku pun menjadi gelap meskipun bintang-bintang bercahaya.
25. Burung hantu yang mana bersarang di atas kepalaku yang memakasaku begitu waktu gagak hitamku terbang.
26. Engkau datang kepadaku saat umurku sudah menua karena tempat bernaungmu hanyalah rumah-rumah tua.
27. Apakah sejahtera hidupku setelah rambut cambangku diliputi uban-uban putih dan semir menghitam tidak berguna lagi.
28. Bila kulit orang sudah menguning dan rambut-rambutnya sudah memutih. Hari-hari yang indah kian keruh pula jadinya.
29. Tinggalkanlah olehmu perbuatan-perbuatan yang buruk karena manusia yang bertakwa tidak boleh mengerjakannya.
30. Tunaikanlah zakat kedudukanmu karena zakat ini tak ubahnya seperti zakat harta, apabila sudah cukup nisabnya.
3l. Berbuat baiklah kepada orang merdeka maka engkau dapat menguasainya karena sebaik-baiknya dagangan orang mulia adalah pekerjaannya.
32. Jangan berjalan di atas bumi dengan sombong dan congkak karenaa tiada lama lagi engkau masuk ke bumi juga.
33. Siapa yang ingin mencicipi dunia akulah rasa dunia itu pahit serta getirnya telah berkumpul dalam diriku.
34. Dunia yang kulihat adalah tipu daya dan kebatilan tak ubahnya sebuah fatamorgana yang tampak di tengah sahara.
35. Dunia hanyalah bangkai yang berbau yang dimakan anjing-anjing. Anjing-anjing itu hanya ingin menarik-narik dan merobeknya.
36. Apabila engkau menghindarinya maka dirimu akan selamat apabila engkau ikut menariknya berarti engkau berebutan dengan anjing.
37. Beruntungnlah orang-orang yang rumahnya terang menyala dan tertutup pintu-pintunya dan rapat pula kelambunya.
G.) MURAH HATI DAN BUDI BAIK.
38. Apabila orang hina mencaciku derajatku justru meningkat dan segala keaiban yang kuterima aku pula pangkal sebabnya.
39. Seandainya jiwaku tidak lebih mulia dari diriku niscaya aku sudah menguasainya dari orang hina yang melawannya.
40. Andaikan aku berusaha untuk kepentinganku pula engkau akan melihatku pelan-pelan terhadap yang kucari.
41. Namun aku berusaha untuk kepentingan kawanku sebab aib rasanya seorang kenyang perutnya sedang kawannya dalam kelaparan.
42. Orang yang bodoh pun memberitahui dengan segala cara yang buruk.
43 Ia semakin dungu sedang aku semakin bijaksana, ibarat kayu cendana semakin terbakar semakin harum baunya
45.Apabila engkaumelayaninyaEngkau telah menyenangkannyaApabila engkau membiarkanIa akan mati busuk
*********************************
IMAM AHMAD BIN HANBAL
Imam Hanbali digelar Al-Hakam kerana dapat menghafaz lebih 700,000 hadis dan berpengetahuan mendalam mengenai ilmu hadis. Melayakkan beliau mengeluarkan fatwa dalam hukum Fikah. Imam Hanbali juga seorang yang sangat kuat beribadat, beliau sembahyang sunat 300 rakaat sehari semalam dan khatam Al-Quran seminggu sekali.Beliau sangat menghormati guru-gurunya. Ketika Imam Syafie menziarahinya di rumah, beliau segera bangun mengemaskan diri, menyambut kedatangan gurunya lalu diberikan tempat duduk yang tinggi sementara dia duduk di bawah.Imam Hanbali tTidak gemar bergurau senda, lebih suka mendiamkan diri dan berfikir. Bercakap apabila menjawab soalan mengenai hokum agama. Suka bergaul dengan orang-orang miskin dan kurang bergaul dengan orang kaya dan orang-orang berpangkat.
Khalifah Harun Ar-Rasyid pernah bertanya kepada Imam Syafie tentang orang yang layak menjadi Kadi di Yaman. Imam Syafie mencadangkan muridnya Imam Ahmad. Apabila Imam Ahmad Mengunjungi Imam Syafie, beliau ditawarkan dengan jawatan tersebut tetapi ditolaknya dengan berkata ” Saya datang menemui tuan bukan untuk mendapatkan jawatan daripada khalifah”.Imam Hanbali terkenal dengan sikap pemurah. Jirannya pernah memberinya sepinggan anggur dibalasnya dengan gula, garam dan beberapa pinggan buah-buahan.Semasa pemerintahan Khalifah Al-Makmum bin Harun Ar-Rasyid, beliau menganut fahaman Muktazilah yang berpendapat Al-Quran itu makhluk yang bersifat baharu.
Baginda memaksa ulama-ulama menerima pendapat itu tetapi Imam Hanbali menentangnya dengan mengatakan Quran itu kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhamad melalui malaikat Jibrail.Akibat penentangannya itu Imam Hanbali ditangkap lalu dipenjara kemudian disebat dengan rotan dalam memaksanya tunduk kepada fahaman Muktazilah. Beliau disebat dengan rotan sehingga kulitnya mengelupas dan keluar darah.Setelah khalifah Al Makmun meninggal dunia diganti khalifah Al Muktasyim. Beliau terus memenjarakan Imam Hanbali kerana melindungi fahaman Muktazilah. Sehinggalah Khalifah Al-Mutawakkil yang menganut mazhab Ahli sunnah wal jamaah berkuasa barulah Imam Hanbali dibebaskan.Dalam usaha memujuk Imam Hanbali Khalifah Al-Mutawakkil menghadiahkan 10,000 dirham. Uang itu diambilnya tetapi kemudiannya disedekahkan kepada fakir miskin.Pada hari-hari tuanya Imam Hanbali menjadi tempat rujukan orang ramai khususnya di Baghdad. Dalam menentapkan hukum beliau lebih mengutamakan Al-Quran dan As-Sunnah dan pendapat para sahabat Rasulullah.Imam Hanbali meninggal dunia pada pagi hari Jumaat 12 Rabiul Awal tahun 241 hijrah bersamaan 855 masihi ketika berusia 77 tahun dan dikebumikan di Baghdad